Generasi Z adalah anak-anak yang dibesarkan internet dan dunia maya |
Menurutnya di antara maraknya kasus anak-anak dan remaja yang bermasalah di negara ini salah satunya karena hilangnya figur ayah dalam rumahnya.
“Apa yang terjadi pada kita dalam pendidikan spiritual anak-anak kita? Dalam pendidikan spiritual dan pendidikan yang lain kita tidak punya antisipasi bahwa anak kita generasi Z, dia menghadapi tantangan yang luar biasa, terancam kerusakan otaknya yang berada di atas alis kanan mata,” tandas perempuan kelahiran Aceh 61 tahun yang lalu ini.
Ia menambahkan, “Dan ini yang penting, kita pingsan, kita tidak tau padahal pendidikan spiritual adalah tulang punggung tetap tegaknya anak supaya tidak terjadi kasus Colorado, tidak terjadi kasus Depok, yang anak umur 14 tahun sudah menjadi pembunuh dan banyak sekali kasus lainnya, di mana anak umur 12 tahun sudah menjadi pelacur dan sebagainya kita yang kita saksikan sekarang,” ujarnya.
“Kemana ayah ibunya? Apa yang mereka lakukan? Beribu dan berayahkah anak itu?,” tanya wanita yang juga Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati ini kepada para jama’ah yang hadir sore itu.
Elly juga mengungkapkan bahwa di negara ini telah kehilangan figur kepemimpinannya, terutama dalam struktur terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga.
“Persoalan satu lagi adalah, maafkan saya bapak-bapak di sini dan bapak-bapak di rumah, mengapa semua itu terjadi? Karena negara ini hampir negara tanpa ayah,” ungkapnya dengan berapi-api.
Sebelumnya, dalam berbagai kesempatan, Elly banyak mengulas tentang Generation Next (Generasi Z), yaitu tentang generasi yang tumbuh di era digital. Di mana anak-anak Generasi Z mempunyai karakter yang berbeda dengan generasi lama. Mereka dipengaruhi dan dibesarkan internet dan lebih suka teks daripada berbicara. Si sisi lain, mereka lebih suka curhat di internet bukan kepada orangtuanya sendiri.
Karena itu, ia berharap agar para ayah yang masih disibukkan waktunya dengan bekerja bersedia meluangkan waktu untuk lebih lama dan lebih cepat bertemu anak-anaknya.
“Ini Ramadhan, alangkah baiknya apabila ayah-ayah pulang lebih cepat memanfaatkan malamnya lebih baik dengan anak-anaknya, satu pelukan dan satu ciuman dari ayah.”
Ia berharap, di bulan Ramadhan ini para ayah bisa menunaikan tugasnya sebagai imam dan kepala keluarga.*
Rep: Sarah Mantovani
Red: Cholis Akbar
Sumber: Hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar