Headlines News :
Home » » Pondok Seks Untuk Putri-putri di Kamboja

Pondok Seks Untuk Putri-putri di Kamboja

Written By Unknown on Jumat, 10 Agustus 2012 | 00.10

Komhukum (Phnom Penh) - Warga Suku Kreung di Kamboja memiliki ritual yang terbilang unik dalam kaitan dengan masa remaja gadis-gadis di daerah tersebut.

Sebuah tradisi unik dari Kamboja, khususnya yang dijalani  oleh suku Kreung sebagai budaya asli daerah tersebut. Suku Kreung membiarkan anak gadisnya yang masih berusia belasan tahun malah di bawah 15 tahun untuk melakukan hubungan seks dengan lelaki.

Pasalnya, seorang ayah  gadis dari suku ini akan membangun sebuah pondok untuk sang putri, agar bisa menghabiskan malam dengan beberapa lelaki sebagai bagian dari ritual suku tersebut.

Dan setiap malam, bilik sang gadis akan didatangi oleh seorang lelaki. Dan mereka akan melakukan adegan seks mulai malam hingga siang hari. Tradisi ini telah dijalankan secara turun temurun hingga hari ini.

Suku tersebut percaya dengan “ritual” di pondok seks tersebut seorang wanita bisa lebih memiliki “nilai dan kekuatan.”Pondok Seks itu biasanya dibangun oleh seorang ayah untuk putrinya, saat sang putri menginjak usia remaja atau bahkan sebelumnya.

Di pondok tersebut sang putri akan ditemui beberapa lelaki sebelum memilih salah satu diantaranya sebagai cinta sejati.

Suku tersebut juga percaya ritual ini adalah cara terbaik bagi seorang wanita untuk memilih calon suami. Dalam perkembangannya suku Kreung, telah melakukan perubahan dalam ritual tersebut, yang semula memakai kelabang sebagai alat kontrasepsi, sekarang menggunakan kondom.

“Pondok itu memberikan kami kebebasan dan cara terbaik untuk mencari cinta sejati kami. Jika aku menemukan seorang pria spesial dan kami saling mencintai, kemudian kami dekat dan melakukan hubungan seks di pondok kami. Tapi jika kami tidak cocok, dan aku menemukan pria lain, aku akan berhenti berhubungan seks dengannya. “ungkap salah satu gadis remaja yang sudah menjalani “ritual”tersebut seperti yang dilansir dari Daily Mail.

Berkat ritual ini, menurut warga desa itu, tidak ada perceraian atau kekerasan seksual terjadi di desa mereka dan para gadis muda hanya menjalin hubungan dengan orang yang merasa nyaman untuk melakukan hubungan. (K-5/el)

 
Kontributor : anonymouse
Sumber:  komhukum.com
 
Share this article :

1 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. SINAR PAPUA - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template