Minggu, 11 November 2012

“Hanya orang Papua yang dapat merubah orang Papua” (Izzak Samuel Kijne)

kondisi pendidikan di pedalaman Papua
Sepintas bahwa kata diatas tersebut dikatakan oleh seorang pendeta yang pernah merintis dan menghabiskan masa hidup untuk papua dalam memberikan lilin terang kecil dalam hidup umat di Wasior masa itu. mulai dikenal luas ketika Pdt. Izaac Samuel Kijne mendirikan Sekolah Zending di Wondama pada 1925. Ia pindah dari Mansiman, tempat Injil masuk pertama kali di Papua pada 5 Februari 1855. Tahun 1857 Ottow dan Geissler membuka sekolah untuk mengajar anak-anak dan orang dewasa Papua tentang Injil dan etika hidup sebagai orang Kristen. Pusatnya di rumah zending dan gereja. Salah satu yang paling dikenal di Wondama adalah Batu Peradaban yang diletakkan oleh Pdt. I.S. Kijne dengan pesannya:
"Di atas batu ini, saya meletakkan peradaban orang Papua. Sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini, bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri” (Wasior, 25 Oktober 1925).
          Kata diatas ini memiliki makna yang hampir sama dengan kata pernah juga di ucapkan oleh Pdt. Izzak Samuel Kijne  bahasa “hanya orang papua yang dapat merubah orang papua sendiri” dalam bahasa jerman biasa diartikan “nur die Leute von Papua, die Papuas sich ändern kann”. pesan teologis memiliki makna yang mendalam didalam kehidupan orang papua dalam aspek pendidikan. Dimana banyak orang non papua yang datang ke papua dengan visi untuk membangun papua dengan bidang mereka masing-masing namun itu tidak terjadi seperti yang tertera dalam misi tersebut. Dimana visi yang mereka lakukan rasanya seperti “latihan lain main lain” itulah fakta yang ada di papua. Penulis sendiri juga sudah pernah merasakan bagimana menjadi seorang murid maka penulis tidak tahu kebanyak kebanyakan dari teman-teman mengatakan kepada penulis bahwa mereka kurang mengerti mata  pelajaran A karena alasan A, namun ketika di bicarakan lebih lanjut saya melihat teman-teman juga mengatakan bahwa Guru orang papua B ini kami lebih mengerti. Ketika penulis mendengar hal itu penulis mempertanyakan Mengapa ya ???. sesudah penulis mengikuti perkembanga lebih lanjut maka ada beberapa hal yang sebab dari teman-teman tidak Interes dengan pelajaran guru A yang pertama ; perbedaan budaya yang membuat motode belajar pun berbeda akiabtnya kurang bersahabat untuk memahami materi yang diajarkan. Misalnya saja dalam belajar membaca di SD penulis di ajarkan dengan kata dan budaya jawa “budi pergi naik kereta”  coba lihat nama saja kata BUDI dalam tradisi hidup orang papua kebanyakan orang papua tidak ada nama BUDI juga dengan KRETA tidak ada kreta di papua apa lagi di pegunungan tengah papua inilah yang menyebabkan pemaksaan anak untuk memahami suatu materi dengan tanpa mengetahui akar materi dan sumber konkretnya.
          Pesan religius Kijne selaku Bapak Peradaban orang Papua ini memiliki makna bahwa orang Papua akan tampil sebagai pemimpin di atas tanahnya sendiri. Selain Batu Peradaban, di Miei juga ada Batu Inspirasi. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kalau orang naik ke atas batu dan melihat alam indah di Wondama, dari situ muncul berbagai inspirasi untuk melakukan perubahan baru.
Rev Izaak Samuel Kijne, Kepala Sekolah, yang juga menyusun teks lagu Hai Tanahku Papua yang kini di pakai sebagai lagu negara Papua Barat (guti).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar