kondisi pendidikan di pedalaman Papua |
"Di atas
batu ini, saya meletakkan peradaban orang Papua. Sekalipun orang memiliki
kepandaian tinggi, akal budi dan marifat tetapi tidak dapat memimpin bangsa
ini, bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri” (Wasior, 25 Oktober
1925).
Kata diatas ini memiliki makna yang
hampir sama dengan kata pernah juga di ucapkan oleh Pdt. Izzak Samuel
Kijne bahasa “hanya orang papua yang
dapat merubah orang papua sendiri” dalam bahasa jerman biasa diartikan “nur
die Leute von Papua, die Papuas sich ändern kann”. pesan teologis
memiliki makna yang mendalam didalam kehidupan orang papua dalam aspek
pendidikan. Dimana banyak orang non papua yang datang ke papua dengan visi
untuk membangun papua dengan bidang mereka masing-masing namun itu tidak
terjadi seperti yang tertera dalam misi tersebut. Dimana visi yang mereka
lakukan rasanya seperti “latihan lain
main lain” itulah fakta yang ada di papua. Penulis sendiri juga sudah pernah
merasakan bagimana menjadi seorang murid maka penulis tidak tahu kebanyak
kebanyakan dari teman-teman mengatakan kepada penulis bahwa mereka kurang
mengerti mata pelajaran A karena alasan
A, namun ketika di bicarakan lebih lanjut saya melihat teman-teman juga
mengatakan bahwa Guru orang papua B ini kami lebih mengerti. Ketika penulis
mendengar hal itu penulis mempertanyakan Mengapa ya ???. sesudah penulis
mengikuti perkembanga lebih lanjut maka ada beberapa hal yang sebab dari teman-teman
tidak Interes dengan pelajaran guru A yang pertama ; perbedaan budaya yang
membuat motode belajar pun berbeda akiabtnya kurang bersahabat untuk memahami
materi yang diajarkan. Misalnya saja dalam belajar membaca di SD penulis di
ajarkan dengan kata dan budaya jawa “budi
pergi naik kereta” coba lihat nama
saja kata BUDI dalam tradisi hidup orang papua kebanyakan orang papua tidak ada
nama BUDI juga dengan KRETA tidak ada kreta di papua apa lagi di pegunungan
tengah papua inilah yang menyebabkan pemaksaan anak untuk memahami suatu materi
dengan tanpa mengetahui akar materi dan sumber konkretnya.
Pesan religius Kijne selaku Bapak
Peradaban orang Papua ini memiliki makna bahwa orang Papua akan tampil sebagai
pemimpin di atas tanahnya sendiri. Selain Batu Peradaban, di Miei juga ada Batu
Inspirasi. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kalau orang naik ke atas
batu dan melihat alam indah di Wondama, dari situ muncul berbagai inspirasi
untuk melakukan perubahan baru.
Rev Izaak Samuel Kijne, Kepala Sekolah, yang juga
menyusun teks lagu Hai Tanahku Papua yang kini di pakai sebagai lagu negara Papua Barat (guti).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar