Makanan yang telah siap, kemudian di tutup dan di biarkan selama beberapa puluh menit untuk mematangkan proses memasak |
Menikmati santapan lezat nan menyehatkan yang disajikan secara bergotong-royong, mungkin sulit ditemui di kota-kota besar. Akan tetapi, hal ini masih tetap terjaga dan dilestarikan di Papua melalui prosesi bakar batu. Yuk, lihat!
Berbicara tentang tradisi Suku Dani di Papua seakan tidak ada habisnya, selalu saja ada yang menarik untuk disimak dalam keseharian mereka. Kali ini saya berkesempatan untuk menyaksikan salah satu tradisi yang cukup terkenal, upacara bakar batu.
Bakar batu adalah salah satu cara memasak secara bergotong-royong khas Papua. Melihat masyarakat Suku Dani mempraktekkan prosesi ini, membuat saya seakan di bawa ke zaman purba. Cara memasak ini memang mustahil ditemui dalam peradaban modern di kota-kota besar.
Bakar batu dimulai dengan mempersiapkan bahan utama dalam proses ini, yaitu batu. Batu-batu besar seukuran kepalan tangan ini nantinya akan dibakar di atas bara api selama beberapa jam.
Api untuk membakar batu ini pun di dapatkan dengan cara khusus. Alih-alih menggunakan korek atau gas, mereka masih menggunakan ranting yang digesekkan dengan bilah bambu untuk menciptakan api. Api kemudian diletakkan di tumpukan kayu yang akan digunakan sebagai media untuk membakar batu.
Proses membakar batu ini sendiri akan membutuhkan waktu sekitar satu atau dua jam, hingga kayu bakar habis dan menyisakan abu yang menyelimuti batu-batu tersebut. Bahan makanan pun disiapkan!
Babi dan keladi serta umbi-umbian adalah bahan makanan utama dalam bakar batu. Beberapa tempat akan ditambahkan ayam, buah merah atau bahan makanan lain dalam prosesi ini.
Bahan makanan kemudian akan diletakkan dalam sebuah lubang yang telah di beri alas jerami atau tanaman paku-pakuan. Kemudian batu-batu yang panas akan diletakkan di atas tumpukan jerami dan begitu seterusnya hingga memenuhi seluruh lubang. Lalu lubang akan ditutup dengan jerami dan dibiarkan selama satu hingga satu setengah jam untuk mematangkan bahan makanan.
Melihat secara langsung proses bakar batu, saya berkesimpulan bahwa makanan yang nantinya akan kami makan tergolong sehat. Proses memasak yang menyerupai mengukus tanpa tambahan minyak ataupun bumbu-bumbu artifisial membuat makanan yang disajikan dengan proses bakar batu ini segar dan rasanya alami.
Tapi jangan salah, bakar batu sendiri lebih dari sekedar proses memasak. Bakar batu melambangkan rasa syukur atas kelahiran dan pernikahan ataupun duka cita atas mereka yang meninggal.
Bakar batu juga melambangkan semangat gotong royong dan keadilan. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama dan semua orang dapat menikmati sajian lezat. Ubi-ubian dan daging yang mengepulkan asap saat santapan akhirnya disajikan, selamat makan!
Sumber: detik.com
Itulah kebudayaan kami sebagai Orang Papua.. Lestarikan budaya kita terus menerus tanpa batas !!!
BalasHapus