Senin, 09 Juli 2012

Balai Arkeologi Temukan Alat Tokok Sagu Zaman Neolitik

Foto: bd-ant
Berita Daerah Papua: (Sinar Papua)- Balai Arkeologi Jayapura di Bukit Yomokho, yakni 200 meter sebelah barat Pantai Kalkhote atau dekat lokasi Festival Danau Sentani telah melakukan penelitian. Penelitian yang berlangsung pada 22 Juni 2012 hingga 3 Juli 2012 berhasil menemukan alat penokok sagu dari zaman prasejarah.
Alat penokok sagu prasejarah ini berbahan batu sungai, permukaan kasar, warna coklat kekuningan dengan panjang 14 cm dan berdiamter 6 cm. Menurut Peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Harry Suroto menjelaskan alat penokok sagu digunakan untuk mengerat daging pohon sagu menjadi serbuk yang halus. Dari serbuk-serbuk yang halus ini kemudian diramas dan dapat diambil tepung sagunya.
Dengan ditemukannya kapak batu penokok sagu prasejarah ini membuktikan bahwa tradisi menokok sagu di Kabupaten Jayapura-Sentani sudah ada sejak zaman neolitik. Menurutnya, sagu merupakan tanaman asli yang dibudi dayakan di Melanesia. Alat penokok sagu prasejarah berbeda dengan alat penokok sagu tradisional Sentani.
Hal ini terlihat dari bahan pembuatannya. Alat tokok sagu prasejarah terbuat dari batu sedangkan alat tokok sagu tradisional terbuat dari kayu soang. Berdasarkan analisis terhadap alat penokok sagu prasejarah diketahui cara pembuatannya, yakni mula-mula diambil akar tunjang kayu, batu sungai dan rotan yang masih basah. Akar tunjang kayu dijadikan tangkainya dan batu sungai sebagai anak tangkai. Selanjutnya batu sungai dipotong  dan dibentuk menurut ukuran yang dikehendaki menggunakan batu. Kemudian anak tangkai dimasukkan pada pangkal tangkai, lalu diikat dengan tali rotan yang sudah disiapkan lebih dahulu. Anak tangkai diikat dengan pangkal tangkai, yang terlebih dahulu sudah diberi lubang untuk tali tempat ikatannya. “Hal ini bertujuan agar anak tangkai tidak mudah terlepas sewaktu menokok sagu,” jelasnya dalam release yang diterima Sabtu (7/7) kemarin sore.
Alat penokok sagu dalam bahasa Sentani dikenal dengan nama Fema. Saat ini alat tokok sagu tradisional tersebut sudah digantikan oleh mesin. Hal ini berdampak pada eksistensi alat tokok sagu tradisional yang dikhawatirkan akan punah.

Sumber:  bk/BK/bd-bintangpapua.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar