Senin, 09 Juli 2012

Komposisi Tilu Membahana di Ajang Musik Etnik Pesparawi Nasional X

Foto:bd/siwalimanews.com
Maluku; (Sinar Papua)- Di antara 11 cabang lomba yang dilombakan pada Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Tingkat Nasional X/2012, musik etnik merupakan salah satu cabang yang sangat menarik. Di cabang lomba, setiap provinsi me­nunjukkan kemampuannya mengolah musik gereja dalam nuansa etnik masing-masing.
Provinsi Maluku juga tak keting­galan menunjukkan kemampuannya di cabang musik etnik ini. Wakil dari Provinsi Maluku membawakan kom­posisi bertajuk ‘Tilu’ saat lomba musik etnik Pesparawi Nasional X/2012 yang berlangsung di Gelanggang Olah Raga (GOR) Kota Kendari, Sabtu (7/7).
Komposisi ‘Tilu’ merupakan karya komposer Rence Alfons yang dialih bahasa oleh Petrus Huwae Upane. Tilu dalam bahasa Alune (Maluku Tengah) yang digunakan oleh masyarakat Negeri Allang berarti tiga. Angka tiga dalam komposisi ini berpatokan pada tiga bagian besar dalam liturgi calvinis.
Penampilan wakil Provinsi Maluku di cabang lomba musik etnik diawali dengan penampilan 30 penyanyi yang dipimpin dirigen Ronny Istia yang menggunakn pakaian tradisional Alune. Mereka pun mengantur posisi untuk membawakan komposisi ‘Tilu’ yang terdiri atas tiga fase.
Fase pertama dalam komposisi ini, merupakan fase menghadap Tuhan. Fase ini dimulai dengan seruan suara tenor yang membahana. Ini merupakan representasi dari seorang marinyo (pembaca berita). Gaya pembawa berita oleh marinyo disebut tabaos.
Kalimat somba o mae somba upu Lanit e artinya mari menyembah Allah di tempat yang maha tinggi. Hini mansiai maka panosota artinya kasi­hanilah kami manusia yang penuh dengan dosa. Sopa e ria lete ha artinya hormat bagi Allah di tempat yang maha tinggi. Sopa e lapoe hidop e artinya hormat kepada sang pemberi hidup.
Pada bagian ini komposer meng­agungkan Allah Tri Tungal dan menempatkan sang pemuja sebagai sosok yang lemah, tak berdaya dan penuh dosa.
Fase kedua merupakan fase pem­be­ritaan. Fase ini dimulai dengan kalimat hini mansiai lalai na palampa la ane artinya kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Naka pal tau wa lai laha wa angkene ha pama artinya jangan takut Aku beserta engkau, kemana pun engkau pergi. Imi palampa/plampa sila la kleu artinya kamu adalah garam dunia.
Inti dari fase pemberitaan adalah manusia diberikan tugas, tanggung jawab dan kekuatan untuk menga­sihi sesama dan menjadi garam dunia.
Fase ketiga, yaitu fase pengutu­san. Imi kene la lope sa’o injil ma ber­arti pergilah kamu beritakukan injil-Ku. Lani Upu Lanit e artinya pujilah Tuhan.  Inti dari fase ini adalah Allah Tri Tunggal memberi kekuatan kepada kita untuk mem­beritakan injil Kristus.
Cabang lomba musik etnik diikuti oleh 28 provinsi, yaitu Maluku, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Papua Barat, Banten, Jambi, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Jawa Barat, Maluku Utara, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Papua, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara dan Lampung.
Di hari yang sama, cabang lomba yang paling terakhir dilombakan, yaitu Solo Remaja/Pemuda Putri. Wakil Maluku, Maria D Talapessy yang mengikuti cabang lomba tersebut tampil membawakan lagu wajib ‘Setulus Hatiku MemujiMu’, ciptaan Paulus Dwi Hananto dan lagu pilihan terikat ‘Syukur PadaMu Tuhan’, ciptaan Bagus Gangsar Wibisono.  
Tampilkan Yang Terbaik
Sementara itu, Koordinator Pelatih Pesparawi Nasional Provinsi Maluku, Semmy Toisuta kepada wartawan di Hotel Kubra, Kendari, Sabtu (7/7), menjelaskan semua anggota konti­ngen Maluku sudah menampilkan yang terbaik.
“Semuanya sudah tampil baik. Memang ada plus dan minusnya. Namun hal itu juga terjadi dengan kontingen yang lain,” jelasnya.
Dikatakan, secara umum para anggota kontingen Maluku telah menunjukkan talenta yang terbaik sebagaimana yang diberikan Tuhan.
“Penampilan kontingen Maluku telah memberikan makna dalam konteks musik gereja. Nantinya dewan juri akan menilai secara profesional. Jadi kita tunggu saja hasilnya yang akan diumumkan saat penutupan Pesparawi Nasional X/2012, Senin (9/7) malam,” katanya.
Ia menambahkan, kontingen Malu­ku masuk nominasi pada 11 cabang lomba yang dilombakan pada Pespa­rawi Nasional X/2012. “Memang ada juga kekurangan, namun kita masuk nominasi pada 11 cabang lomba yang dilombakan,” ungkapnya.
Kontingen Maluku di ajang Pesparawi Nasional X/2012 mengikuti 11 cabang yang dilombakan, yaitu Solo Anak (7-9 tahun), Solo Anak (10-13 tahun), Solo Remaja Putri, Solo Remaja Putra, Vocal Group, Paduan Suara Anak, Paduan Suara Remaja, Paduan Suara Laki-Laki, Paduan Suara Perempuan, Paduan Suara Dewasa Campuran serta Musik Etnik.
Sejak pertama kali digelar di Jakara pada tahun 1983 saat masih bernama Pesparani (Pesta Paduan Suara Gere­jani) dan kemudian berubah menjadi Pesparawi Tingkat Nasional IV/1993 di Palangkaraya-Kalimantan Tengah hingga Pesparawi Tingkat Nasional IX/2009 di Samarinda-Kalimantan Timur, kontingen Maluku berhasil meraih juara umum berturut-turut saat Pesparawi Tingkat Nasional VII/2003 di Makassar-Sulawesi Selatan dan Pesparawi Tingkat Nasional VIII/2006 di Medan-Sumatera Utara.
Saat Pesparawi Tingkat Nasional IX/2009 di Samarinda-Kalimantan Timur, kontingen Maluku tak mampu mempertahankan gelar juara umum tersebut. Gelar juara umum saat itu di­raih kontingen Sulawesi Utara.

Sumber:  Berita Daerah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar