“Mereka lari ke daerah perbatasan dan kita perkirkan mereka itu kelompok-kelompok yang memang yang ada di perbatasan. Jadi bagus itu. Dalam arti pengelompokan itu sudah semakin terarah sehingga operasi yang dilakukan mengarahnya lebih mudah,” ujarnya di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (2/7) pagi.
Marciano pun mengklaim, pengibaran bendera pada peringatan HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang dipakai sebagai pancingan untuk mendatangkan kelompok bersenjata itu berhasil dilakukan. “Memang setiap 1 Juli mereka berupaya mengibarkan bendera dan disitu justru pancingannya. Kalau aparat kita terpancing pasti akan ada korban. Tetapi aspresiasi saya terhadap Kodam dan Polda yang melakukan tugas dengan baik sehingga tidak terpancing emosinya untuk jatuh korban yang tidak perlu,” jelasnya.
Sementara soal konflik di Papua yang semakin meningkat intensitasnya, Marciano menyatakan terus berupaya meredamkannya. Bahkan, pihaknya menyediakan pintu terbuka bagi masyarakat Papua untuk terlibat bersama-sama dalam penanganannya. Sebab, menurutnya, masalah itu tak bisa dihentikan oleh pemerintah pusat semata.
Lebih lanjut soal adanya intervensi asing dalam konflik ini, dirinya enggan menuturkannya.“Sementara saya rasa tetap melakukan pendalaman. Kemungkinan itu (intervensi asing, Red) tetap kita dalami,” ucap dia.
Seperti diketahui, kontak senjata antara aparat TNI dengan kelompok bersenjata terjadi tepat pada peringatan HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM), Minggu 1 Juli 2012, sekitar pukul 09.45 WIT. Satu orang tewas akibat insiden itu.
Peristiwa yang berlangsung di Desa Sawia Tami, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Papua, itu bermula ketika delapan anggota Batalyon Infantri 431 melakukan patroli rutin dengan kendaraan dinas. Saat melintas di TKP, mobil mereka dihadang dan ditembaki oleh kelompok bersenjata. [O-2]
Sumber: suarapembaruan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar