JAKARTA--(Sinar Papua): Pembebasan tahanan politik/narapidana politik di
Papua dapat memberikan sinyal positif dalam membangun dialog Papua
dengan damai. Selain itu, pembebasan Tapol/Napol dapat menjadi bukti
bahwa pemerintah tidak bersikap diskriminatif terhadap Papua.
"Seharusnya Indonesia yang merupakan negara demokratis dan
menghormati hak asasi manusia (HAM) tidak memiliki tapol," kata Kepala
Penelitian dan Pengembangan KontraS Papang Hidayat dalam diskusi
Kontroversi Tapol Papua, di Kontras, Jakarta, Rabu (8/8).
Setidaknya ada dua alasan mendesak bagi Indonesia untuk segera
membebaskan tapol/napol. Menurut Papang, langkah tersebut perlu karena
Indonesia telah melakukan evolusi kenegaraan setelah masa Orde Baru dan
menjadi negara demokrasi yang mapan.
"Delapan dari sembilan konvensi internasional tentang HAM, telah
diratifikasi Indonesia. Adanya tapol/napol ini justru merusak tatanan
prinsip-prinsip HAM yang coba dibangun," ujarnya.
Dari sisi jumlah tapol/napol di Papua, memang terbilang sedikit.
Namun, jika dikomparasi dengan indeks negara demokrasi yang mapan,
Indonesia seharusnya sudah tidak memiliki napol/tapol.
Selain itu, kata dia, pembebasan tapol/napol ini akan menjadi
sinyal positif untuk membangun dialog damai di Papua. Kedua hal ini
harus dipertimbangkan oleh pemerintah.
Perwakilan Jaringan Papua Damai Pater Neles Tebay, mengatakan,
berapapun jumlah Tapol yang ada di Papua memberikan isyarat bahwa ada
masalah politik di Papua. "Adanya tapol/napol di Papua merupakan masalah
tersendiri mengingat di wilayah lain fenomena ini tak ditemukan. Ini
menunjukan ada masalah politik di Papua," kata Neles.
Sedangkan Koordinator National Papua Solidarity (NAPAS) Marthen
Goo mengatakan jumlah tapol/napol di Papua sebanyak 40 orang, dan
beberapa diantaranya dalam kondisi kritis. Menurutnya, tapol di Papua
tidak diurus dan dilindungi secara baik. Ini menyebabkan satu orang
diantaranya sakit dan akhirnya meninggal dunia karena tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik dari petugas lembaga pemasyarakatan
(lapas).
"Karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik,
keluarga mereka (tapol) terpaksa mencari bantuan untuk biaya
pengobatan," kata Marthen.
Digelarnya diskusi mengenai tapol/napol di Papua dilaksanakan
untuk mencari sumbangan bagi tapol yang tengah sakit dan kekurangan
dana. Dalam diskusi tersebut diselenggarakan aksi donasi untuk
mengumpulkan dana kesehatan bagi tapol di Papua. (OX/OL-2)
Sumber: mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar